MP3 Clips

Monday, April 26, 2010


Negara-negara di Asia Pasifik memiliki peluncuran jaringan Mobile WiMAX yang yang terbanyak diwilayah itu. Namun yang menjadi tanda-tanya sumber telecomasia.net, apakah layanan Mobile WiMAX akan terus berlanjut, ataukah layanan itu akan menuju ke jalan buntu?

Sampai dengan bulan juni 2009 di dunia ada peluncuran 332 jaringan WiMAX, dimana yang 42%-nya adalah Fixed WiMAX, 37%-nya Mobile WiMAXdan 21%-nya adalah jaringan WiMAX non-standard (proprietary).

Sedangkan di Asia, ada 79 peluncuran jaringan WiMAX, dimana yang 36 adalah Mobile WiMAX (45,6%) dan yang 26 adalah Fixed WiMAX (33%). Perbedaan ini adalah disebabkan oleh kondisi regulasi di Asia yang lebih memberikan kesempatan bagi diluncurkannya Mobile WiMAX.

Di Brazil dan Kanada Regulator melarang diluncurkannya jaringan Mobile WiMAX, walaupun pita 2,3 GHz - 2,5 GHz yang cocok untuk itu telah tersedia. Sedangkan di banyak negara pita itu belum dibebaskan, sehingga terpaksa Mobile WiMAX diterapkan di pita 3,5 GHz yang lebih cocok buat Fixed WiMAX.

Namun untuk beberapa peluncuran WiMAX ini di Asia, dimana ditetapkan Standar 802.16e - 2005 yang seharusnya bisa memberikan layanan mobile, malah layanan mobile ini tidak diperbolehkan, sebab yang boleh hanyalah layanan fixed WiMAX.

Silahkan ditanggapi.


---------------- berita - lengkapnya ----------------

Asia Pacific has led the world both by the number of mobile Wimax deployments and the proportion to fixed Wimax deployments in the region. But is Asia pioneering with its emphasis on mobile rollouts or is it heading up an evolutionary dead end?

According to Maravedis, as of June last year there were 332 Wimax networks deployed worldwide, of which 42% were for fixed Wimax, compared to 37% for mobile Wimax (the remaining 21% were proprietary networks).

But among Asia's 79 Wimax deployments, 36 were mobile Wimax and just 26 were fixed Wimax.

Cintia Garza, 4GCounts team leader at Maravedis, said the discrepancy was down to the fact that regulatory conditions in Asia are generally much more favorable for the deployment of mobile Wimax than in the rest of the world.

In some major markets, including Brazil and Canada, regulators will not allow mobile Wimax services even where the 2.3- and 2.5-GHz bands most suitable for mobile Wimax have been released.

Most other countries have yet to release these spectrum bands, leaving operators forced to use the 3.5-GHz spectrum band, which is more suited for fixed deployments.

There are some exceptions in Asia, Garza said. "Some operators in Asia have deployed Wimax based upon the 802.16e-2005 standard but are providing fixed services only as mobility is not allowed in the country." (source: telecomasia.net)

Tuesday, April 20, 2010



Para Operator Telekomunikasi perlu memiliki Roadmap yang jelas dan teruji untuk menuju ke bentuk jaringan telekomunikasi akhir yang dikenal sebagai All IP Next Generation Network atau Advanced International Mobile Telecommunications (IMT-Advanced), sebab dana investasi yang sangat besar yang telah mereka investasikan jangan sampai terbuang karena tidak memiliki Roadmap yang jelas dan terencana dengan baik. Akibatnya akan banyak hardware maupun software yang telah mereka investasi tidak dapat mereka gunakan secara optimal, misalnya karena teknologi yang mereka gunakan tidak mengikuti path (lintasan jalan) yang sesuai dengan peta jalan yang benar (Roadmap).

Beruntung untuk Mobile WiMAX dengan Standar IEEE 802.16e (2005) yang dikawal oleh para ahli telekomunikasi yang tergabung dalam WiMAX Forum yang bekerjasama erat dengan Tim WiMAX 802.16m dan Tim 3GPP (ThirdGeneration Partnership Program) dari ITU akan mampu ber-interoperasi dengan perangkat Mobile 2G/3G yang berevolusi melalui tahapan HSPA, HSPA+, LTE dan LTE-Advanced.

Mobile WiMAX 802.16e itu sendiri yang dikenal sebagai WiMAX 1 akan berevolusi menjadi WiMAX 802.16m atau WiMAX 2 yang intreroperable dengan LTE-Advanced.

Persyaratan interoperable ini sangat penting bagi para operator penyelengara telekomunikasi, sebab dengan tidak adanya interoperability itu, maka jaringan ini akan terisolir dari jaringan yang lebih luas, sehingga akan kurang dipakai oleh para pelanggan. Operator akan menanggung kerugian dari tidak optimalnya penggunaan jaringan.

Operator yang akan secepatnya menyediakan "truely all IP Next Generation Network" dapat dengan cepat mengadopsi WiMAX 802.16e karena sistem ini telah beroperasi baik dan teruji, serta tersedia perangkat terminal (CPE) yang dapat mengaksesnya melalui modem WiMAX (dalam bentuk dongle USB) atau telah di-embedded di Laptop, Netbook, Smartphones, iPad, iPhone, HP Android, dll. Alternatif lainnya, adalah dengan menunggu 1-2 tahun sampai beroperasinya jaringan dan terminal CPE LTE yang diperkirakan mulai pada tahun 2011.

Namun pada umumnya para Operator akan memilih jalur migrasi dengan memanfaatkan teknologi 2G dan 3G yang telah tergelar secara bertahap melalui overlay jaringan yang kapasitasnya sudah penuh dengan jaringan Next Generation Access Network memakai WiMAX atau LTE. Tahap migrasi ini dapat dilihat pada Gambar 8 diatas.

Sedangkan tahapan evolusi teknologi WiMAX dan 3GPP menuju ke jaringan IMT-Advanced pada tahun 2014-2015 adalah seperti pada Gambar 7 diatas.

Silahkan ditanggapi dan semoga bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara.

Sunday, April 18, 2010

Strategi dan Roadmap (Peta Jalan) adalah dua hal yang sangat penting dalam menuju ke suksesnya suatu usaha atau bisnis, baik itu skala kecil maupun skala besar, nasional.

Di zaman kejayaan kekaisaran Roma memang banyak sekali jalan-jalan raya (Via - bahasa Italia) yang dibangun untuk menuju ke Ibukota Kekaisaran Roma sebagai pusat perekonomian dan peradaban dunia saat itu. Namun hanya ada satu jalan yang lurus dan pendek, sehingga lebih cepat ditempuhnya. Banyak jalan yang panjang dan beliku-liku, sehingga akan lebih lama ditempuhnya. Tanpa peta jalan yang baik, maka akan sering kita tersesat.

Tanpa strategi yang tepat yang diterjemahkan dalam bentuk Peta Jalan (Roadmap), maka kita akan kalah bersaing dan gagal dalam mencapai sasaran-sasaran usaha (goals). Kita sering melihat kegagalan suatu usaha karena memang mereka belum punya strategi dan Roadmap yang tepat untuk memenangkan persaingan dan mencapai sasaran mereka.

Beberapa waktu yang lalu kita mendengar kalau Garuda dan Merpati merugi dan kalah bersaing dengan perusahaan baru asal negeri jiran, yaitu Air Asia yang memilki strategi jitu untuk memenuhi tempat duduk pesawat setiap penerbangan, sehingga dapat memasang tarif yang sangat kompetitif, serta mereka tidak menyediakan makanan di pesawat yg merepotkan operasionalnya.

Kita juga terkaget-kaget mendengar berita minggu lalu kalau PT KAI harus menutup layanan KA Parahyangan yang dahulunya menjadi cash-cow PT KAI, sebab kalah bersaing dengan layanan travel mobil yang menjadi kompetitif dengan adanya jalan toll Cipularang.

Bagaimanakah situasi persaingan di bidang telematika? Nokia dan BlackBerry yang lama mendominasi pasar Smartphone Indonesia mendapat serangan gencar dari Smartphone Qwerty buatan Cina dan Taiwan dengan produk BlackBerry-like, seperti BlueBerry, RedBerry, CherryBerry, dll, yang jauh lebih murah (dibawah Rp 1 jutaan), Qwerty keyboard, dan penuh dengan fitur2 canggih: Dual GSM on, TV, FM, Video, camera, WiFi, FB, Twitter, YM, Skype, dll. Ini dimungkinkan berkat software Java yang sangat canggih.

Di sisi lain, Smartphone iPhone dari Apple Computers mendapat tantangan dari pendatang baru, yaitu Smartphone berbasiskan Operating System Android yang Open Source, sehingga membuat harga iPhone turun terus secara perlahan tetapi pasti.

Para operator telekomunikasi Indonesia yang jumlahnya ada 12 saat ini sedang kebingungan untuk mencari strategi dan Roadmap yang tepat untuk menghadapi persaingan diantara mereka sendiri yang sangat ketat, sehingga untuk tetap survive dan menambah jumlah pelanggan mereka harus melakukan banting harga yang terus menggerogoti margin laba dari waktu ke waktu. Sampai kapankah mereka akan tetap bertahan? Kunci untuk dapat melepaskan diri dari spiral yang menuju ke titik dasar adalah: merubah persaingan yang hanya sekadar menjadi penyedia jaringan, ke layanan-layanan yang bernilai tambah, mutu yang lebih baik, layanan data, aplikasi2 baru dan kontent, antara lain mobile advertising, mobile commerce, mobile payment, eLearning, eGov dengan memanfaatkan jejaring sosial yang makin banyak anggotanya.

Bagaimanakah dengan strategi dan Roadmap Broadband di Indonesia? Memang akan ada porsi layanan Fixed Broadband (atau nomadic) dan Mobile Broadband. Namun dilihat dari tren jumlah pelanggan seluler di Dunia maupun di Indonesia yang saat ini sudah mencapai 170 juta orang yang terdaftar, jauh melebihi pelanggan Fixed atau Nomadic Broadband, maka kita perlu untuk memperhatikan perkembangan mobile broadband itu.

Bila sebuah perangkat Terminal (CPE) sudah memenuhi persyaratan Mobile Broadband, maka secara otomatis perangkat tersebut sudah pula memenuhi atau melebihi persyaratan untuk Fixed atau Nomadic Broadband. Pemerintah Indonesia saat ini sudah melakukan tender operator Fixed dan Nomadic Broadband dengan layanan WiMAXstandar 16d khas Indonesia, namun operator pemenang tender yang sudah mulai melaksanakannya adalah yang pada pita frekwensi 3,3 GHz, sedangkan yang pada pita frekwensi 2,3 GHz masih terus berfikir-fikir, maju mundur, sebab mereka takut investasi mereka tidak akan dapat kembali.

Sementara itu di pasar global pada pita 2,3 GHz dan 2,5 GHz telah mulai diproduksi perangkat CPE yang telah dilengkapi (embedded) dengan modem WiMAX standar 16e yang mobile dengan efisiensi penggunaan pita yang tinggi dan operasional yang sangat mudah dipakai dan inter-operable, dengan harga yang sangat kompetitif, yaitu: laptop, netbook, Smartphones, iPhone, iPad, dll, sesuai standar 4G.

Perangkat2 tersebut memang membutuhkan kecepatan transmisi yang tinggi, diatas 20 Mbps agar menjadi bermanfaat bagi pemiliknya. Perangkat2 tersebut menjadi sangat kurang manfaatnya bilamana kecepatannya lelet, dan menjengkelkan bagi pengguna. Mereka jengkel karena sudah beli mahal, tetapi tidak sesuai dengan fitur2 yang tersedia.

Lalu apakah definisi Boadband? Bagi orang awam, adalah seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum Mastel, pak Setyanto P Santosa, yaitu bila kita tekan tombol keyboard, maka secara instant akan muncul hasilnya (misalnya gambar, konten web, dsb). Bila lelet, maka jelas itu bukanlah kecepatan Broadband.

Sementara itu di banyak negara termasuk di Indonesia sudah mulai diuji-coba jaringan dan CPE LTE (Long Term Evolution) sebagai evolusi akhir dari jaringan dan perangkat 3G dan 3.5G (HSDPA, HSPA+, CDMA 2001X EV/DO).

Bagaimanakah Strategi dan Roadmap menuju ke layanan LTE atau WiMAX Standar 16m yang sepadan ini? Tentu perlu dipersiapkan langkah-langkah dan milestones yang tepat, seperti alokasi pita frekwensi yang diperlukan, peraturan perundangan, pilihan teknologi untuk memungkinkan kemajuan industri DN dan sebagainya agar jalan menuju ke Roma itu tidak berliku-liku panjang dan melelahkan, membuat masyarakat pengguna kehilangan momentum untuk memajukan perekonomian nasional yang diklaim tiap sekian persen penetrasi Broadband akan meningkatkan sekian persen GDP.

Silahkan ditanggapi dan semoga bermanfaat bagi kemajuan bangsadan negara.

;;